CATATAN PENGABDIAN (Part.3)


Aku menemukan jawaban kenapa banyak di antara teman-teman yang sudah mulai tidak betah di medan juangnya.
Ternyata... Salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya motivasi, yang bisa jadi disebabkan gak ada orang yang memberi semangat kala sedang down,,kalo kita menyebutnya mentarghib atau mentasyji'..

Ya semacam itulah. Bisa dilihat, rata-rata orang yang sudah down itu karena mereka belum punya siapapun untuk menyandarkan lelah hari mereka.. Hoho, kayak lagu nasyid aja..

Sandarkan lelah hari,hilangkan duka kala
kau terluka, pedih hati
Tak selamanya indah, kini mungkin akhirnya
Saat duka.. Saat lara..[Petuah Hati, by Jamus Kalimasada]

Ehm,, bukan bermaksud pamer atau apapun, aku bersyukur terpilih jadi bagian pengajaran KMI. Karena apa? Karena jadi lebih sering ketemu Ustadz Sunardi, terutama dalam rapat atawa musyawarah. Beliau benar-benar sosok ayah, bukan hanya hanya bagi santri-santrinya, tapi juga ustadzah-ustadzah yang jadi bawahannya, seperti aku ini,,hehe :)

Sabtu (7/2) kemarin kami mengadakan rapat koordinasi bag.pengajaran bersama beliau, yang mana sudah lama sekali tidak dilaksanakan, sejak beliau masuk ICU November tahun lalu. Nah, saat rapat kemarin itulah aku merasa mendapat pencerahan, dan merasa semangatku yang sempat tersuruk-suruk beberapa waktu lalu bangkit kembali [duh..hiperbol :p]

Aku baru sadar, ternyata waktu-waktu di mana aku merasa sangat lelah itu memang waktu di mana aku tidak merasa being encouraged by someone. Waktu jeda yang cukup panjang untuk sharing soal pengabdian inilah yang membuatku hampir ambruk kemarin.
Oleh karena itu, melalui catatan sederhana ini aku ingin berbagi apa yang sudah kudapat dan berhasil ku rekam dari Ustadz Sunardi kemarin, berharap semoga diantara teman-teman ada yang bisa ikut tercerahkan seperti aku ini..

Kebaikan, sekecil apapun, sesederhana apapun, itu PENGORBANAN..
yang mana Allah sudah pasti menjamin, bahwa Ia tidak akan menyia-nyiakan sebuah pengorbanan.

(NB : waktu rapat itu, Ustadz Sunardi selalu mengganti kata "PERJUANGAN" menjadi "PENGORBANAN". Gak tahu kenapa, tapi menurutku artinya sih sama aja)

Coba deh buka Al Qur'an kalian, surat Al Ankabuut ayat 69..
Dari ayat tersebut, kita bisa menarik kesimpulan, bahwa orang yang lebih banyak pengorbanannya, ia yang akan dapat lebih banyak balasan dari Allah.
Rumusnya : YANG BERBUAT BANYAK, DAPATNYA BANYAK.

Walaupun yang ia lakukan cuma menendang kerikil di jalan supaya orang-orang yang lewat gak kesandung, atau cuma membuang sampah bungkus permen, itu ada ganjarannya nanti di sisi Allah. (Pernah denger Hadits tentang pahala menyingkirkan pengahalang jalan orang lain, kan?)
Sampai-sampai di akhirat nanti semua orang kaget, "Loh, kok bisa sebanyak ini ganjaran dari Allah buat dia.. Bukankah dia di dunia dulu biasa aja amalannya..??"

Ya itu tadi. Karena banyak kebaikan kecil yang sering ia lakukan, tapi tanpa ia sadari Allah mencatatnya sebagai bentuk pengorbanan. Yang diganjar sampai puluhan kali lipat, karena dia ringan melakukannya. (Perbuatan kalau dianggap ringan dan kecil biasanya ikhlas kan?)

Apa hubungannya dengan kita anak-anak pengabdian?
Ya jelas ada lahh..
Lha wong cuma nyingkirkan duri aja ada balasannya, apalagi kita yang jelas-jelas ngajar huruf-huruf Alqur'an,
jelas-jelas nerangkan hal-hal yang bisa membatalkan shalat,
jelas-jelas ngoreksi hafalan doa yang salah.
Itu kan jelas-jelas KEBAIKAN, untuk orang banyak, di Jalan Alllah pula.

Ya tentu saja beda, bentuk pengorbanannya teman-teman yang ngabdi di pondok dengan yang ngabdi di TK atau TPA. Tiap tempat punya pengorbanannya masing-masing, tapi tetap saja tujuannya sama. Sama-sama membimbing orang untuk lebih paham ajaran agama mereka, dan mengajak orang untuk lebih mengenal Tuhan mereka.

Terbanyak Dilihat Orang

Libur Itu Perlu

Snap Whatsapp: Ketamakan Facebook dan Solusi Gak Penting untuk Komunikasi Masisir

Selamat Jalan, Kyai Uzairon..