Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Tipe Berhijab Masisir

    Mesir adalah salah satu negeri Timur Tengah yang paling banyak didatangi pelajar dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun banyaknya jumlah pelajar Indonesia yang sama-sama melanjutkan studinya di negeri kinanah itu tidak lantas menafikan pengaruh perbedaan budaya negara tersebut terhadap mereka. Setiap harinya para Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir) masih harus menggunakan transportasi umum, belanja keperluan sehari-hari, dan menghadiri perkuliahan bersama mahasiswa asli Mesir. Interaksi para Masisir dengan pelajar dan penduduk asli Mesir tersebut tak pelak mempengaruhi gaya hidup mereka, termasuk cara berpakaian dan berhijab bagi Masisir.     Pelbagai perbedaan adat dan budaya membuat gaya berhijab di Indonesia jelas berbeda dengan Mesir. Hijab Indonesia khas dengan jilbab praktis yang dapat langsung dipakai tanpa melipat atau menyematkan jarum, serta mempunyai semacam bahan yang agak tebal di depan (bergo). Atau ada juga jilbab segi empat yang dilipat tengahnya

5 Pesan Syaikh al-Azhar; dari MUI Hingga Rekonsiliasi Sunni-Syiah

    Dalam kunjungannya ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Imam Besar Institusi al-Azhar, Kairo Mesir Syaikh Ahmad at-Thayyib, menyampaikan risalah persatuan yang sangat mendasar di internal umat Islam. Perbedaan pendapat yang muncul seharusnya tidak menjadi benih pertikaian.     "Jangan menganggap pendapat orang lain salah dan mengklaim pendapat kita paling benar," tuturnya di Kantor MUI, Jakarta, Senin (22/2).     Di hadapan pimpinan MUI dan sejumlah tokoh yang hadir, ia menegaskan pentingnya rekonsiliasi antar ulama Islam. Persatuan para elite itu penting agar tercipta kesejukan di tengah-tengah kegamangan umat.     "Saya percaya, selama ulama tidak bersatu terlebih dahulu, maka tidak ada harapan," papar sosok yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Hukama al-Muslimin ini. Berikut ini lima pesan penting Syekh al-Azhar yang dirangkum dari kutipan pidatonya tersebut: 1. Hentikan Konflik Sunni Syiah, Kalian Bersaudara     "Syiah beragam na

Ketika Anak Introvert Diberi Kekuasaan

Gambar
Sabtu yang mendebarkan, karena pertama kalinya kegiatan diskusi (bahasa kerennya: kajian ilmiah) yang saya urus memulai kegiatannya untuk pertama kali. Rasanya sibuk, lelah, cemas kalau-kalau nanti sedikit yang datang. Seolah saya menjadi satu-satunya yang bertanggung jawab terselenggaranga acara ini. Masalahnya, saya termasuk orang yang kadang terlalu realistis, hampir pesimis untuk urusan mengajak orang. Apalagi diajak untuk hal yang mungkin bukan passion nya sama sekali. Dari dua puluhan orang, kurang dari sepuluh yang saya kirimi pesan pribadi WA: undangan untuk datang, dan apa yang harus disiapkan berupa materi presentasi. Huft, sumpah. Ini pertama kalinya saya melawan kecenderungan diri saya untuk..,  apa ya.. untuk acuh tak acuh. Cuek. Bagaimana ya, saya mudah sekali merasa terbebani oleh hal-hal yang sebenarnya bukan urusan saya. Parahnya kadang saya sampai merasa frustasi. Huft... Ketika akhirnya saya benar-benar dipercaya sebagai koordinator kegiatan diskusi kami, saya

Apa Sih Blog itu Bagi Saya??

Blog, bagi saya sebenarnya cuma sekedar pengganti notebook alias buku agenda. Fungsinya persis, hanya saja yang ini elektronik dan bisa dibaca siapa saja. Jadi dulu, pas saya santri, ada buku agenda hitam yang setia menemani saya kemana-mana. Yah kalo teman-teman sih nyebutnya diari. Padahal ya gak bener-bener diari sih.. Soalnya isinya gak rahasia-rahasia amat. Bukan semata curhatan, tapi juga kutipan-kutipan buku yang saya sukai, potongan lagu yang sedang saya senangi, sampai quote dari dialog film yang selalu terkenang. Ketika melihat bahwa blog saya ternyata ada yang berkunjung, mulai timbul tekad bahwa tiap postingan saya harus bisa memberi manfaat bagi mereka yang mampir. Supaya mereka mau datang lagi, sehingga saya punya pengunjung tetap. Namun kenyataannya, semakin saya berminat untuk memposting sesuatu yang berarti, justru makin membuat saya malas menulis. Karena berpikir, topik ini gak cukup keren untuk saya posting. Tema inu pasti gak bakal banyak yang baca. Akibatnya,

Sepenggal Nasihat Orangtua untuk Anaknya yang Menikah

Anakku…, Suami yang menikahimu tidaklah semulia Nabi Muhammad SAW, tidak setaqwa Nabi Ibrahim AS, pun tidak setabah Nabi Ayyub AS. Suamimu hanyalah pria akhir zaman yang punya   cita-cita membangun keturunan yang shaleh Pernikahan mengajarkan kita kewajiban   bersama Suami adalah nahkoda kapal , kamu navigatornya Suami menjadi guru , kamu muridnya Seandainya suami lupa…, Bersabarlah kamu memperingatkannya ***** Anakku…,  Isteri yang kau nikahi tidaklah semulia Khadijah RA,  tidaklah setaqwa Aisyah   RA. Isterimu hanyalah wanita   akhir zaman yang punya cita-cita menjadi isteri yang shalehah. Pernikahan mengajarkan kita kewajiban bersama Isteri menjadi tanah , kamulah penaungnya Isteri ladang tanaman , kamulah pemagarnya Isteri bagaikan anak kecil , kamu tempat bermanjanya Seandainya isterimu tulang yang bengkok …, Berhati-hatilah kamu