Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Menghormati Pendahulu

Gambar
Setelah duapuluh tahun lebih LDM-an, akhirnya Mbah Kakung pensiun dan kembali ke kampung halaman, menghayati lakon asalnya sebagai petani. Mbah menghabiskan masa tua dengan bercocok tanam apa saja dan memelihara beberapa ayam kampung. Karena sumber gaji sudah terputus, maka prinsipnya sekarang asal bisa makan sehari-hari saja cukup. Hanya mengandalkan hasil kebun dan ayam yang tidak seberapa untuk memenuhi kebutuhan. Selain bertani, Mbah Kakung juga mengisi waktunya menjadi imam masjid (dalam foto ini dindingnya terlihat tepat di sebelah rumah). Hampir tiap waktu shalat, Mbah melulu yang jadi imam. Entah karena stok anak muda kampung habis sebab merantau, atau karena usianya yang tua, atau mungkin juga karena tinggalnya paling dekat dari masjid, cuma sejengkal (benar-benar sejengkal secara harfiah). Tapi yang paling menyenangkan untuk kuyakini sih, Mbah Kakung terpilih jadi imam karena beliau adalah putra dari Mbah Abdul Karim, yang dulunya juga imam masjid tersebut. Masyarakat kampung

Obituari Palek Anto

Gambar
Aku mau cerita tentang Palek (=bahasa Jawa untuk menyebut adiknya bapak). Kuberitahu, cerita ini panjang. Kalau mau tahu intinya, skip langsung baca bagian terakhir saja. Tiga hari yang lalu Palek jatuh koma dan masuk RS. Kami sekeluarga besar terkejut. Sesuatu yang buruk mengenai otaknya, hingga butuh operasi bedah otak. Sedihnya, waktu palek ambruk di luar rumah, tidak langsung ditolong orang. Palek dibiarkan di tempat sampai setengah jam kemudian, karena orang-orang takut itu corona. Palek adalah simpul penjaga, rekonsiliator. Yang berinisiatif membuat grup wasap keluarga besar Pacitan (garis bapak) sejak awal-awal wasap trending, mengumpulkan seluruh saudara kandung, keponakan, paman dan sepupunya. Memasukkan kembali anggota yang left karena berdebat. Yang menetralkan suasana grup kalau lagi panas (apalagi musim pemilu kemarin). Pokoknya, Palek mau repot-repot menjaga silahturahmi kami. Palek rajin mengirim pesan apapun bentuknya di grup keluarga besar, entah meme, doa, video lucu,

Berpisah untuk Bertemu Lagi

Gambar
"Semoga kita bisa bertemu lagi ya, Latifah", kata Fatimah, temanku Misriyah yang fasih dalam bahasa Indonesia. "Insyaallah, suatu saat", entah gimana a ku terkejut dengan jawabanku sendiri. Kalimat template yang harusnya optimis ini mendadak terasa gamang. Hari itu hari terakhir di kuliah, dan kami berjanji akan saling mengunjungi jika nanti datang ke negeri masing-masing. Tidak ada yang meragukan bahwa kami sudah jatuh hati dengan negeri satu sama lain. Aku pernah bercanda bahwa kita hampir bertukar kebangsaan. Mengingat dia sudah jalan-jalan di Indonesia lebih jauh daripadaku, dan sebaliknya, aku sudah jalan-jalan di Mesir lebih banyak daripada dia Jarak Mesir-Indonesia memang jauh, tapi cinta akan membawamu kembali, begitu kata Anggun C Sasmi. Dan aku senang. Di bumi ini, ada yang siap menyambut kapanpun aku kembali

Narasi yang Tidak Sempat Keluar Suaranya

Gambar
Beri perempuan pilihan, terserah dia mau bersuara atau tidak Saya membaca opini Mang Maulana sejak awal mula di beranda status Whatsapp, beliau post dini hari dan kebetulan saya masih terjaga, jadi bisa langsung melihatnya (yang selanjutnya beliau jabarkan menjadi postingan di blog beliau. Setelah membaca status beliau itu, tidak terasa saya menangis sesenggukan. Saya paham betul maksudnya Maulana, sebab setelah beliau bertemu komunitas perempuan cerdas dan vokal di luar sana, setelah membaca beberapa isu kesetaraan dan feminisme, beliau kemudian pasti ingin perempuan kita juga bisa sevokal itu. Saya suka bahwa Maulana menyadari bahwa menjadi vokal bagi perempuan itu keren, dan saya mengapresiasi kesadaran Maulana menemukan bahwa perempuan kita (khususnya masisirwati) masih sunyi. Di saat yang sama saya juga tertampar. Saya merasa banget sebagai pihak yang disindir, karena saya sadar sedikit banyak saya udah punya bacaan, dan dalam beberapa topik lebih banyak tahu daripada yang lain.