Menghormati Pendahulu


Setelah duapuluh tahun lebih LDM-an, akhirnya Mbah Kakung pensiun dan kembali ke kampung halaman, menghayati lakon asalnya sebagai petani. Mbah menghabiskan masa tua dengan bercocok tanam apa saja dan memelihara beberapa ayam kampung. Karena sumber gaji sudah terputus, maka prinsipnya sekarang asal bisa makan sehari-hari saja cukup. Hanya mengandalkan hasil kebun dan ayam yang tidak seberapa untuk memenuhi kebutuhan.

Selain bertani, Mbah Kakung juga mengisi waktunya menjadi imam masjid (dalam foto ini dindingnya terlihat tepat di sebelah rumah). Hampir tiap waktu shalat, Mbah melulu yang jadi imam. Entah karena stok anak muda kampung habis sebab merantau, atau karena usianya yang tua, atau mungkin juga karena tinggalnya paling dekat dari masjid, cuma sejengkal (benar-benar sejengkal secara harfiah).

Tapi yang paling menyenangkan untuk kuyakini sih, Mbah Kakung terpilih jadi imam karena beliau adalah putra dari Mbah Abdul Karim, yang dulunya juga imam masjid tersebut. Masyarakat kampung menghormati nama ayahnya sebagai perintis surau dan tempat belajar ngaji pertama (sebelum akhirnya menjadi masjid) di desa Bleboh, sehingga mempersilakan Mbah untuk menjadi imam.

Jadi ingat waktu silaturahmi dengan beberapa dulur (kerabat) di kampung, ada satu komentar terbaik yang membuatku merinding:
"Anak cucunya mbah Abdul Karim udah banyak yang 'jadi' ya. Ada yang hapal quran. Ada yang jadi guru di pondok. Eh ditambah lagi sekarang ada yang Lc segala."
______

Ciri khas orang Timur adalah selalu melekatkan diri mereka kepada leluhur. Meyakini nasib bagaimanapun yang kita dapat pasti ada peran leluhur dalam asbabnya. Berbeda dari Barat modern yang cenderung lepas dan percaya bahwa nasib tiap orang tergantung usahanya sendiri.

Dan ternyata Islam mengambil jalan tengah: nasib di dunia tidak lepas dari jasa-jasa pendahulu, tapi nasib di akhirat nanti ditentukan oleh amalan masing-masing. Islam berada di antara dua garis ekstrim, tidak sefanatik komunalnya Timur dan tidak secuek individualnya Barat.

Ada shigah khusus dalam Alquran "alladziina sabaquuna fil iimaan" (yang beriman sebelum kami) untuk mengingatkan, kalau bukan karena ada leluhurmu yang beriman, mungkin saja kamu tidak merasakan nikmat iman. Makanya jangan lupa doakan mereka, begitu.

Sehat-sehat, Mbah Kung dan Mbah Putri.

Naik haji segera, aamiiin...

Aku, Mbah Putri, Mbah Kakung, De Idah


(ceritanya) renungan akhir tahun
31 Desember 2020

Terbanyak Dilihat Orang

Libur Itu Perlu

Snap Whatsapp: Ketamakan Facebook dan Solusi Gak Penting untuk Komunikasi Masisir

Selamat Jalan, Kyai Uzairon..