Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Puisi dari Habibie untuk Ainun

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu. Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi. Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang. Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini. Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. Mana mungkin aku setia padahal memang kecende

Tragedi Kantuk

Hampir semua orang pernah merasakan kantuk dalam perjalanan dan bahkan tertidur. Namun kantuk yang diceritakan kali ini berbeda, dan diangkat dari kisah nyata. Bagaimana ceritanya? Mari kita simak... Alkisah, Latip hari itu sangat lelah sekali. Kurang makan, kurang tidur, kurang istirahat. Kesibukannya dari kemarin-kemarin sebagai panitia sebuah acara telah menyita hampir seluruh kekuatan dan kesadarannya. Kalau kata iklan suplemen, kondisi tubuhnya kurang fit. Pagi itu, dia pergi ke kantor imigrasi untuk taslim (menerima) visa yang sudah ia urus sebulan sebelumnya. Setelah menyerahkan paspornya kepada petugas, ia diajak oleh beberapa temannya yang ia temui di sana untuk pergi jalan-jalan ke 'Attabah. Setelah tersesat tak tau arah selama lebih dari satu jam, akhirnya mereka mencapai tujuan mereka, yaitu beli es krim (*doang). Mumpung belum Ramadan.. Hehe Kemudian, Latip dan teman-temannya kembali ke kantor imigrasi untuk menerima paspor yang sudah dicap visa. Setelah berpisah dari

Ramadan di Mesir: Tarawih di Masjid Ar-Rahman

Tentu saja tidak sama rasanya, antara Ramadan di Indonesia dan di Mesir. Banyak faktor yang membuat beda. Salah satunya, dalam hal shalat tarawih. Saya dan teman-teman serumah memilih tarawih di masjid terdekat, Ar-Rahman. Masjid ini terletak tepat di mulut gang, yang membuat tempat di sekitar gang tersebut dinamakan "Gamik" (جامع) yang artinya masjid. Di Mesir, hampir semua masjidnya memiliki mushalla sayyidat (tempat shalat wanita) yang dibangun terpisah dari masjid utama. Bangunan terpisah tersebut termasuk Kenapa disebut mushalla, bukan masjid? Jadi, ada tersebut dalam sebuah hadits (yang saya lupa riwayatnya), Rasulullah SAW melarang perempuan yang sedang udzur tidak diperbolehkan melewati masjid. Nah melewati saja dilarang, apalagi masuk ke dalam. Maka dari itu, penamaan musholla mungkin dimaksudkan agar mereka yang sedang dalam keadaan tidak shalat (datang bulan atau nifas) juga bisa masuk ke dalamnya. Sebagaimana masjid-masjid di Mesir pada umumnya, masjid

Metro: Kereta Bawah Tanah ala Kairo

Gambar
Kereta bawah tanah, atau kami menyebutnya "metro", tak jauh beda dengan kereta Commuter Line di Indonesia. Baik dari antrinya, gerbongnya, rutenya--yang cuma melayani perjalanan lokal, sampai momen menunggu keretanya yang bikin deg-degan untuk siap perang.. Berhubung "kemegahan" Commuter Line hanya bisa dinikmati oleh warga Jabodetabek, dan daerah lain harus berpuas dengan kereta konvensional yang pakai tiket, maka masih ada saja yang penasaran. Metro itu seperti apa sih? Jawaban saya, pergilah ke Jakarta. Kalau kamu lihat kereta Commuter Line lagi melintas, itulah metro. Bedanya, sebagian besar stasiun dan rute metro di Mesir berada di bawah tanah, tersembunyi di bawah jalan-jalan raya. Bedanya lagi, metro tidak menggunakan kartu berpulsa, tapi karcis sekali pakai yang gak boleh hilang selama perjalanan. Yaa mirip-mirip lah sama tanda pengenal di wahana permainan yang mahal di Indo, haha... Katanya, stasiun metro beserta isinya itu dibangun zaman dulu, ketika Mesi

Libur Itu Perlu

Jika kata-kata kita tulis sambung-menyambung tanpa spasi, mereka menjadi kalimat tak sempurna, susah dipahami, bahkan juga kehilangan arti. Harus ada spasi antarkata, begitu pula harus ada koma agar kita dapat berhenti sejenak, menarik napas sesaat, lalu menghembuskannya. Membaca kembali hingga akhirnya bertemu dengan sebuah titik. Demikian pula dengan kehidupan ini. Ia adalah perjalanan sukses yang panjang. Bekerja tanpa liburan adalah suatu kesia-siaan, karena hasilnya tak akan optimal. Produktifitas dan kreatifitas butuh jeda. Termasuk kesibukan mengisi blog ini. Hahaha... Ternyata ujung-ujungnya dalih. Fyuh.. Hampir sebulan saya absen nge-blog. Alasan utama adalah keterbatasan uang pulsa yang berujung pada pengiritan kuota. Ditambah saya bukan jenis mereka yang menempuh segala jalan agar tetap update, dengan cara menjadi pengemis wifi. Maaf, saya tidak senekat itu. Cuaca Mesir yang mulai panas membuat saya malas keluar rumah. #siapa yang tanya. Alasan lainnya, saya tidak menulis. B