Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Ada Apa dengan Ucapan Selamat Natal ?

Gambar
Oh ya, sebelumnya, saya di sini bukan mau ikut-ikut memberi fatwa. Karena melihat pertentangan antara mereka yang pro dan kontra saja sudah cukup membuat saya lelah..😅😅 maka saya memilih diam. Tapi jujur, hati saya yang terdalam bertanya-tanya: Sebenarnya siapa sih yang meributkan ucapan Selamat Natal? Sejauh yang saya lihat kok orang-orang Islam saja ya...? Buktinya, mereka yang menganut agama Kristen sendiri tak pernah membahas soal itu. Ya lagi-lagi ini setau saya doang,, (yang kadang-kadang sok tau..) Bagaimana sih tanggapan orang Kristen sendiri melihat perdebatan klasik antar umat akhir tahun ini? Saya menyalin perkataan Pak Edy dari salah satu komentar beliau di facebook. Perkataan beliau membuat saya bertanya ulang, kenapa sih pada ribut? Berikut pernyataan beliau, Pak Edy Beby: "Tidak ada satu pun ayat dalam kitab suci kami yang mewajibkan kami untuk merayakan natal dan mengucapkan selamat natal, maka tak ada pula keharusan buat kami untuk menerima ucapan selamat natal.

Review Lirik Nasyid: Law Zaarani - Harmony Band

Sehubungan dengan Maulid Nabi tahun ini, ada satu nasyid yang belum lama saya sukai. Sebuah nasyid Arab berjudul "Law Zaarani" dari Harmony Band. Pertama kali denger di penghujung kelas, disetel ustadzah untuk menunggu waktu pulang karena materi sudah habis. Iramanya unik, karena tiap bait beda-beda dan tidak ada pengulangan. Malah awalnya saya kira itu tiga atau empat lagu yang berbeda. Butuh waktu untuk menyadari bahwa potongan-potongan bait itu sebenarnya adalah satu lagu yang utuh, hhaha.. Setelah beberapa hari susah payah mencatat lirik dan menerjemahkan seadanya, ternyata maknanya dalam sekali. Pilihan katanya menakjubkan, saya sampai terkagum-kagum ketika tahu artinya dari kamus. Mungkin liriknya diambil dari qasidah atau bait-bait syair Arab yang digabung-gabungkan tapi entahlah, saya juga kurang tahu soal syair Arab.. Yang jelas, nasyid ini pas sekali untuk menggambarkan kerinduan dan kecintaan kepada Baginda Nabi. Monggo disimak.. lebih bagus lagi kalau sambil denge

Kebahagiaan Universal di Penghujung Tahun 2015

Saya menulis ini tanggal 23 Desember 2015, yang mana dalam kalender Hijriyah bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal 1437 H, alias hari Maulid Nabi. Ada sesuatu yang amat istimewa berkaitan dengan hari ini, menurutku. Bukan, bukan cuma karena hari ini adalah hari di mana dunia yang gelap kembali terang dengan lahirnya baginda Nabi Muhammad SAW. Lantas, karena apa?? Karena tanggal 12 Rabiul Awwal yang tahun ini bertepatan dengan tanggal 23 Desember 2015 hanya selang dua hari saja dengan Hari Natal, yang mana dipercaya sebagai hari kelahiran Yesus. Dan berjarak seminggu saja dari akhir tahun 2015!! Akhirnya, menjelang akhir tahun ini berbagai simbol dan kegiatan bertebaran. Di masjid ada Maulidan, di majelis ta'lim ada pengajian, di sekolah ada lomba nasyid. Di gereja ada upacara, di rumah-rumah penganut agama Kristen ada hiasan lampu, pohon cemara, dan aksesoris warna merah-putih. Di jalan-jalan ada penjual-penjual topi, terompet dan kembang api. Jangan tanya ada berapa spanduk dan pamfle

Single: Antara Roti dan Sandal

Gambar
SEBENERNYA saya agak kegok  nulis ini. Maklum, ini kali pertama saya nulis tentang hal yang dulu saya hindari sejauh-jauhnya, tentang pasangan,  atau apapun itu. Karena apa? Karena saya gak paham sama  sekali soal itu Blas. Nah karena saya gak paham, maka saya jadi bertanya-tanya. So, jangan berharap anda akan mendapatkan penjelasan apalagi pencerahan dalam tulisan saya kali ini. Sebab, isinya hanya daftar pertanyaan. Sekali lagi, daftar pertanyaan.  Tanpa jawaban. Paham? Nah, mulai. Pertanyaan pertama: Kenapa seseorang cenderung menyukai orang yang punya banyak kesamaan dengan kita? Atau, kenapa kalau lagi menyukai, seseorang cenderung mencari-cari apa kesamaan antara dai dengan orang yang disukainya? Bukan hanya cara pandang, tujuan hidup, alur pikir, tapi juga sampai hobi, makanan kesukaan, bacaan favorit, wajah, hingga letak tahi lalat. Orang Jawa bilang, kalau suami isteri itu wajahnya mirip, itu tandanya mereka benar-benar jodoh. Per

Pejuang Ilmu yang Pulang Duluan

Mendekati penghujung tahun 2015, dunia banyak sekali diuji oleh Allah berupa kepergian orang-orang baik. Mulai dari para guru seperti ulama besar Suriah Syaikh Wahbah Az-Zuhaili, Guru Besar Al-Azhar Dr. Muhammad Ahmad Abu al-Nour, sampai kawan seperjuangan kami sendiri yaitu Kak Annisa Sholihah dan Achmad Ghiyats Nurul Huda. Dua mahasiswa pejuang agama yang masih berproses untuk menjadi ulama besar, namun Allah telah keburu memanggil mereka. Saya pribadi sebetulnya tidak pernah kenal mereka langsung, namun saya merasa ada tali yang menghubungkan kami, sebagai sesama Thalibul Ilmi (semoga saya masih pantas disebut demikian), dan juga saudara seperjuangan dalam belajar agama. Terlebih salah satu dari mereka, Ghiyats, adalah teman seangkatan saya sesama mahasiswa baru Al-Azhar kedatangan 2015. Kali ini saya tertarik untuk membahas mereka berdua. Bukan berarti saya membicarakan orang yang sudah mati, namun saya ingin berbagi tentang beberapa hal yang mungkin bisa kita jadikan bahan pelajar

Lepaskanlah, Kau Akan Merasa Lebih Baik

Ketika harapan-harapan indah tak lagi punya kesempatan Saat peluang untuk mewujudkan impian besar itu pupus Ketika apa yang terjadi sama sekali tak seperti yang diinginkan, dibayangkan, dioptimiskan.... Saat rencana-rencana hebat itu gagal berantakan, seketika kau merasa seolah terjatuh dari ketinggian tebing terpuruk, tersuruk.. Merasa diri tak lagi berguna, tak lagi bermakna, kalah, lantas menyalahkan apapun, siapapun sebagai penyebab Inilah saat kita belajar satu hal penting, belajar untuk merelakan.. melepaskan.. membiarkan angan-angan tinggi itu bebas Menyadari, bahwa kita bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa tidak berhak menuntut apapun yang bukan milik kita BUKAN MILIK KITA Kemenangan, keindahan, terwujudnya mimpi itu hanya rencana dan perhitungan kita dan BUKAN hak kita. Sama sekali.. Merelakan itu sulit. Namun membenamkan diri dalam jurang keterpurukan pasti lebih menyulitkan..

KARENA INILAH..

Penduduk langit bergemuruh dengan selaksa takbir Penduduk bumi bertasbih tertunduk takzim Inilah maksud penolakan mereka dahulu untuk mengemban amanat, menjadi khalifah Inilah satu hal yang tidak dapat mereka lakukan, dan hanya manusia yang sanggup Menuntut ilmu Mendayagunakan akal Berpikir Sesuatu yang tidak mereka mampu dan karena inilah, mereka menyungkur hormat pada Adam yang berilmu dan berdoa untuk anak cucunya yang terus berguru