Hari Kartini: DOOR DUISTERNIS TOT LICHT
Raden Ajeng Kartini bertanya akan makna sebuah ayat al-Qur'an pada guru ngajinya. Gurunya marah. Kartini tidak puas. Hasratnya untuk belajar begitu menggebu, tapi apa daya ia tak pandai bahasa Arab, sementara pada masa itu penerjemahan al-Qur'an ke dalam bahasa non-Arab masih dipersoalkan oleh sejumlah ulama. Beruntung pada suatu waktu Kartini menyimak pengajian KH Sholeh Darat. Maka Kartini pun terpukau. Ia memohon ijin menemui Sang Kiai. Di depan beliau, Kartini mengatakan: "Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami." Kiai Sholeh Darat bukan sembarang Kiai. Beliau adalah guru dari KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari. Sanad keilmuan pendiri Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama bertemu salah satunya pada samudera keilmuan dan kearifan Kiai Sholeh Darat. "perkenankan saya be