Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Pengalaman Mengatur Finansial (2021)

Jelang akhir tahun, yang paling terasa mengubah hidupku itu belajar perduidan. Nama kerennya perencanaan finansial. Benar-benar baru tahu apa itu tujuan keuangan, gimana skala prioritas tabungan, apa itu investasi. Baru merasakan uang elektronik, yang bayarnya tap kartu. Ada lagi dompet digital, yang bayarnya tinggal select ok. Kadang gumun, canggih betul, aku yang belum punya rekening bank aja merasakan cashless. Terus mulai terbiasa top up karena sering belanja online. Tiap belanja tuh segala mode pembayaran dicoba, oh begini, ho begitu. Tapi yang investasi itu belum pernah terlaksana karena belum punya e-ktp dan rekening, nabung bulanan saja masih pake amplop surat. Ampe lecek amplopnya, kunamai sesuai bulan, ditambah jimat Umar al-Faruq. Ikut-ikutan teman saja sih. Berdoa semoga amplopnya gak dikenali tuyul. Konon mereka suka ngambil selembar-selembar tanpa terasa. Maka tiap bulan juga aku menghitung ulang isi amplop. Setiap kali utuh, kututup hati-hati seperti meletakkan bayi. Sam

Pembeda Santri Pondokan dari yang Bukan

Gambar
Ini komplek asramaku waktu nyantri dulu Aku ingat waktu umur 7 tahun pernah diajak berkunjung ke pesantren tempat ibukku dulu nyantri. Sebuah pesantren yang cukup besar di Jawa Timur, dan aku masuk ke rumah-rumah bagus. Belakangan kuketahui ibuku dulu seorang abdi ndalem, dan yang kukunjungi adalah keluarga ndalem tempat ibuku berkhidmat. Jauh sebelum itu, bapak beberapa kali membawaku ke pesantren tidak jauh dari rumah. Aku belum sekolah waktu itu, cuma ingat menunggu bapak sambil main ayunan. Ustadznya senang melihatku yang masih kecil tapi ngajinya sudah quran (aku pamer sudah tamat iqra). Beliau menghadiahiku mushaf quran per-juz dan mendoakanku bisa menghapalnya. Pertamakali kulihat mushaf terpisah-pisah seperti itu. Tahun 2000 kayaknya masih jarang orang punya mushaf per juz. Hidup menyaksikan santri sejak kecil, membuatku tidak menyadari elemen muslim selain santri sampai dewasa. Penyebabnya karena keluargaku, lingkungan, tempat tinggal, eman mainku, homogen, itu-itu saja. Sound

Gambaran Diri yang Diinginkan

Gambar
Sejak tinggal dan mengajar di Tangerang, aku belum menulis status panjang lagi di Facebook. Entah karena kesibukan yang banyak, atau karena sering buntu buat mengolah endapan pikiran. Di sisi lain, aku juga masih menganggap tempat tinggal dan identitas anak-anak ini privasi. Setiap pengen cerita tentang mereka, kok gak sreg ya. Ya sudah, tunggu sajalah sampai nanti terasa nyaman buat cerita terbuka. Mendapat kesempatan mengajar, apakah aku berhasil memengaruhi anak-anak? Tentu saja belum, proses mendidik tidak pernah mudah. Tidak semua anak siap menerima gagasan-gagasan baru. Apalagi sebagian besar mereka berasal dari level ekonomi agak bawah, yang ibaratnya, boro-boro kuliah, lulus SMA aja udah untung. Setidaknya, aku berusaha untuk tidak menjadi pengajar yang membatasi mimpi anak-anak. Aku ingin mereka setidaknya mengenangku sebagai guru yang santai dan gak kaku. Yang selalu mempersilakan mereka berpikir dan bercita-cita bebas. Aku akan senang kalau dikenal sebagai guru perempuan mud