Gambaran Diri yang Diinginkan



Sejak tinggal dan mengajar di Tangerang, aku belum menulis status panjang lagi di Facebook. Entah karena kesibukan yang banyak, atau karena sering buntu buat mengolah endapan pikiran. Di sisi lain, aku juga masih menganggap tempat tinggal dan identitas anak-anak ini privasi. Setiap pengen cerita tentang mereka, kok gak sreg ya. Ya sudah, tunggu sajalah sampai nanti terasa nyaman buat cerita terbuka.

Mendapat kesempatan mengajar, apakah aku berhasil memengaruhi anak-anak? Tentu saja belum, proses mendidik tidak pernah mudah. Tidak semua anak siap menerima gagasan-gagasan baru. Apalagi sebagian besar mereka berasal dari level ekonomi agak bawah, yang ibaratnya, boro-boro kuliah, lulus SMA aja udah untung.
Setidaknya, aku berusaha untuk tidak menjadi pengajar yang membatasi mimpi anak-anak. Aku ingin mereka setidaknya mengenangku sebagai guru yang santai dan gak kaku. Yang selalu mempersilakan mereka berpikir dan bercita-cita bebas. Aku akan senang kalau dikenal sebagai guru perempuan muda yang cinta pengetahuan dan cuek dengan hal yang tidak penting semacam status orang atau berita artis.
Mungkin nanti pada saatnya mereka merisaukan kenapa mereka tidak kunjung menikah atau punya calon pasangan, semoga mereka juga ingat kalau aku adalah salah satu sosok yang tidak terganggu sama sekali dengan status single. Lalu dengan kesan demikian mereka jadi punya inspirasi untuk tidak lagi khawatir, dan kembali fokus dengan diri mereka.
Aku ingin saat terlintas namaku dalam pikiran mereka, yang tergambar adalah sosok orang yang membuat definisi arti hidupnya melalui mimpinya sendiri, bukan kata orang. Seorang kakak perempuan yang meyakini: selama isi pikiranmu dan tujuan hidupmu adalah mimpi yang besar, hal-hal selainnya otomatis cuma jadi sampingan.
____
Tangerang Selatan, 21 April 2021
Choirotin N

Terbanyak Dilihat Orang

Libur Itu Perlu

Snap Whatsapp: Ketamakan Facebook dan Solusi Gak Penting untuk Komunikasi Masisir

Selamat Jalan, Kyai Uzairon..