Obituari Palek Anto





Aku mau cerita tentang Palek (=bahasa Jawa untuk menyebut adiknya bapak). Kuberitahu, cerita ini panjang. Kalau mau tahu intinya, skip langsung baca bagian terakhir saja.

Tiga hari yang lalu Palek jatuh koma dan masuk RS. Kami sekeluarga besar terkejut. Sesuatu yang buruk mengenai otaknya, hingga butuh operasi bedah otak. Sedihnya, waktu palek ambruk di luar rumah, tidak langsung ditolong orang. Palek dibiarkan di tempat sampai setengah jam kemudian, karena orang-orang takut itu corona.

Palek adalah simpul penjaga, rekonsiliator. Yang berinisiatif membuat grup wasap keluarga besar Pacitan (garis bapak) sejak awal-awal wasap trending, mengumpulkan seluruh saudara kandung, keponakan, paman dan sepupunya. Memasukkan kembali anggota yang left karena berdebat. Yang menetralkan suasana grup kalau lagi panas (apalagi musim pemilu kemarin). Pokoknya, Palek mau repot-repot menjaga silahturahmi kami. Palek rajin mengirim pesan apapun bentuknya di grup keluarga besar, entah meme, doa, video lucu, sampai mp3 lagu random. Beliau paling antusias merespon siapapun yang mengirim pesan di grup. Tapi yang paling ditunggu adalah momen beliau mengeluarkan koleksi foto jadoel kami.

Palek orang yang telaten dalam mengarsip, termasuk foto-foto kami. Beliau biasa paparazi (mengambil foto kami tiba-tiba), padahal kamera zaman itu masih pake roll yang kuotanya cuma 36 kali jepret. Sepertinya beliau memang selalu stok roll. Zaman kami masih tertatih pakai hape layar warna, beliau udah lincah memegang handycam dan merekam momen apa saja. Kebiasaan beliau mendokumentasikan apa saja sejak masih muda membuatku bisa menemui kakekku yang tidak pernah aku lihat. Bapaknya bapakku(kakek) telah wafat saat bapak belum menikah. Dan palek tidak hanya punya foto, beliau pernah membuat kliping potongan kabar wesel dari kakek, menyimpan surat-menyurat dengan kakek saat ia masih kuliah di perantauan. Membaca tulisan tangan tegak bersambung kakek membuatku merasa telah mengenali kakek saat hidup.

Palek adalah sosok ayah yang ideal menurutku. Jika aku nanti diamanatkan Tuhan menjadi orangtua, aku ingin jadi sepertinya. Yang asik dan mau untuk terus belajar. Palek bisa akrab dengan generasi muda, karena beliau paham istilah dan topik yang kekinian banget. Tapi beliau juga yang terus merekatkan yang tua, sering ngabarin info tentang sodara yang jauh. Kabar guru masa sekolah mereka yang wafat, kabar siapa yang lagi mudik, sampai info bencana alam sekitar Pacitan.

Saat aku sedang punya masalah dengan Bapak, sering rasanya pengen deh bapakku itu diganti palek aja. Habisnya bapak sering gak mau paham apa yang kusampaikan, dan itu menyebalkan. Suka ngotot dan merasa benar, ya gak beda dengan anaknya ini sih. Konon orang tua wajar begitu karena katanya, semakin tua umur, kecerdasan kognitif manusia berkurang. Dan bapak termasuk yang mengalami hal itu. Yang jadi masalah, bapak pegang smartphone tapi gagal menaklukkannya. Jadilah bapak itu tipe orangtua yang mudah termakan framing dan hoax wasap, terus asal share, tapi pas dikoreksi gamau. Kan malu-maluin. Aku sampai berdebat sama bapakku sendiri.

Di saat-saat itu palek sering lebih memahami dan mendukungku. Lewat chat wasap, beliau bilang aku baiknya diam saja, maklum orang sudah tua. Aku membatin, lah palek sendiri kan juga sudah tidak muda lagi, tapi bisa paham aku tuh. Ini cuma persoalan mau belajar dan memahami gak sih? Aku jadi iri sama anaknya palek, yang berarti sepupuku. Usia kami tidak jauh beda, tapi dia punya ayah yang moderat dan humoris. Jadi ingat jaman dulu waktu masih sangat kecil, kami para sepupu tergelak-gelak menonton palek berjoget mengiringi lagu anak-anak favorit kami. Menggodai para krucil ini saat mandi bareng-bareng berlimaan, tiba-tiba beliau nyolong paparazi. Hasil fotonya masih bisa dilihat sampai sekarang, lucunya kami waktu itu, undul-undul kayak tuyul.

Hari ini, rekonsiliator handal itu, palek favorit kami semua telah pergi. Beristirahat selamanya di tempat yang tidak butuh selang-selang menempel pada tubuh lagi.

Siapa sih yang bilang kalo seseorang meninggalkan dunia karena amanatnya di dunia telah selesai? Harusnya diralat itu, atau diperjelas. Mungkin maksudnya bukan selesai dalam artian tuntas ya, tapi lebih ke berakhir terputus begitu saja. Karna faktanya, orang wafat yang meninggalkan amanat yang belum selesai jumlahnya jauh lebih banyak, karena ya memang Tuhan menuliskan ajalnya saat itu juga.

Adapun tugasnya, mau ga mau harus dilanjutkan orang di sekitarnya yang masih hidup. Kukira, selain para Nabi dan Rasul, tidak ada tugas manusia yang benar-benar kelar sebelum ia wafat. Karena kalau semua manusia bisa selesai tuntas, kebagian tugas apa dong sisa manusia lain?

Kita manusia punya umur yang jatahnya tidak ada yang tahu. Bukan komputer yang umurnya bisa diukur. Komputer kalau belum selesai biasanya di-sleep aja, gak benar-benar di-shutdown sebelum tugas selesai. Manusia tidak, kalo udah waktunya tutup usia ya gak bisa ditolak lagi. Buktinya, palek ini saudara termuda. Bungsu dari delapan bersaudara. Tapi meninggal lebih dulu daripada tujuh kakak di atasnya.

Aku sendiri berenam bersaudara. Tidak jauh dengan jumlah saudara bapak. Melihat interaksi di grup keluarga besar, saya menyadari sangat mungkin nanti di antara saudara-saudaraku ada yang jauh menghilang. Ada yang menyusahkan. Ada yang sibuk sendiri. Ada yang saking pedulinya sampe tanpa sadar suka nyindir. Aku akan jadi apa? Sebagai saudara tertua, dan sebagai cucu pertama (dari garis ibu), kadang aku merasa punya beban lebih. Apa aku bisa jadi perekat atau malah perepot? Penolong atau malah beban? Bisa diandalkan atau malah tidak dianggap ada?

Mengenang palek membuat refleksi bagi diriku sendiri. Nilaimu bukan dari urutan kelahiranmu. Tapi dari seberapa bermakna kamu bagi saudara-kerabatmu. Kasihmu pada orang lain itu baik, namun kasihmu pada saudara sendiri itu tiga kali lebih baik.

Untuk palek Umar Kusnanto bin Saroso yang wafat hari ini, lahul fatihah
__________

23/10/2020

Maafin Latif ya, palek. Lama gak sempat silaturahmi ketemu langsung, selama ini cuma chat aja. Terakhir ketemu sembilan tahun yang lalu, Latif baru lulus SMP waktu itu. 

Terbanyak Dilihat Orang

Libur Itu Perlu

Snap Whatsapp: Ketamakan Facebook dan Solusi Gak Penting untuk Komunikasi Masisir

Selamat Jalan, Kyai Uzairon..