Habis Nonton Film "I Love You Mas Bro": Setiap Saudara adalah Spesial

Rabu, enam delapan dua ribu enam belas,,,

Habis nonton film I Love You Mas Bro, produksi Rapi films. Sedikit banyak membuatku terkesan, karena beberapa hal dalam cerita dalam film keluaran tahun 2012 tersebut dipaksakan mirip dengan saudara-saudara saya. 
Sekedar info, saya anak pertama dari enam bersaudara. Empat awal perempuan, dan dua terakhir laki-laki: Latip, Idah, Kholis, Difah, Hafiz, Ubaid.
Kalau dalam film itu--mari kita singkat ILYMB- kisahnya tentang empat bersaudara yang semuanya laki-laki: Bagus, Alim, Rizky, dan Vina. 

Dan inilah beberapa hal yang saya rasa ngena banget, dan gue banget.

  • Bagus yang anak pertama punya kelainan. Kedua matanya jereng ke dalam setiap kali melihat cewek. Hal itu yang membuatnya sulit mendapatkan pacar hingga dewasanya, karena belum apa-apa sudah gak berani menatap.

(Info kecil: buat yang gak tahu jereng, saya kasih tahu. Jereng itu artinya juling)

Saya anak pertama, dan unfortunatelly juga punya penyakit jereng, tapi bukan karena sebab seperti melihat cowok atau apapun. Kurang tahu juga apa asal mulanya, yang jelas sejak kecil saya sudah biasa ditegur ketika tanpa sadar kedua mata saya menunjukkan arah yang berbeda. Kadang mata kiri yang berlari ke tepi, kadang yang kanan. Msalahnya ketika kambuh saya sama sekali tidak meyadarinya. Habis, tidak ada yang beda di penglihatan saya ketika normal maupun jereng. Nah karena tidak ada riwayat keturunan juga, makanya Bapak Umi sampai khawatir. Entah seberapa parahnya, tetangga saja sampai menyarankan operasi. Tapi saya cuek. Toh saya masih bisa melihat.

Oh iya, gara-gara gak pernah nyadar kalau lagi kambuh, jadi sering sekali saya tertangkap dalam foto ketika sedang jereng. Saya akui, saat-saat seperti itu saya berubah menjadi menyeramkan sekali. Jadi, kalau kalian belum pernah melihat sisi lain saya yang itu, lihat saja foto-foto saya saat bersama teman-teman. Pasti ketemu.

  • Ada sosok Alim, anak kedua, yang paling sering dianggap nakal dan bersalah. Dianggap gak becus jadi kakak oleh Bagus.


Haha, dikit-dikit ini mirip adik pertamaku, Idah. Kita terlalu sering berseteru, berbeda pendapat, bahkan sampai kami sudah besar begini. Jujur, saya masih sering berprasangka buruk dengan keputusan-keputusannya. Apalagi memang dia punya keahlian membuat Bapak Umi menuruti keinginannya. Jadilah saya iri, diam-diam menuduh dia sebagai anak manja dan gak pantes jadi kakak. Semoga saja selama saya tinggal beberapa tahun ke Mesir ini, dia nyadar posisinya sebagai pengganti saya jadi kakak paling tua, kemudian terasah kedewasaan dan tanggung jawabnya. Aminn..

Gak kebayang kalau dia belum berubah juga, kasihan nasib adik-adik yang lain. Apalagi katanya Bapak Umi udah rencana mau khuruj IP 4 bulan. Siapa yang bakal ngemong kalau bukan dia?

Ada beberapa dialog Alim yang persis menggambarkan Idah.

"Santai dong, mas bro. Tuh, Bapak sama Ibu aja gak protes.."

"Pak, kalau urusan contoh, biar Bagus lah.. Kalau urusan yang asik-asik, naah baru itu serahin ke sini.."

Juga, Bagus pernah berkata begini ke Alim,
"Tau gak, elu dikasih nama Alim, itu biar kelakuan lu bener.."

Saya pernah nyindir dia soal namanya yang begitu agung; Rohimatuz Zahidah. Dalam bahasa Arab, namanya berarti wanita yang penuh sayang dan tidak cinta dunia. Tapi kenyataannya, justru dia yang paling boros, hedon di antara kami berenam. Omongannya juga seringkali blak-blakan dan nyelekit hati orang.

Biarpun banyak hal dari dia yang saya benci, tapi saya tahu kalau dia mudah tersentuh. Terakhir kami lebaran di kampung, cuma dia yang bisa nangis saat maaf-maaafan sama Bapak Umi. Drama banget. Saya cuma ketawa-ketawa, sedangkan adik-adik gak paham. Yah, saya memang terlalu gengsi untuk mengekspresikan perasaan saya senyata itu. Masih kikuk dan risihan, gak bisa romantis atau nge-drama kayak dia, padahal ada pentingnya juga kan?

  • Kemudian si gendut Rizky, agak terbelakang, kecerdasannya di bawah rata-rata, tidak pernah naik kelas, tapi sayang banget sama keluarganya.


Kalau di rumah, seperti siapa ya? Ada sihh adik saya yang gendut, si Hafizh. Gamer juga seperti tokoh Rizky itu. Bedanya, Hafiz tuh pinter. Rekam jejak nilai dan prestasi di sekolahnya bahkan jauh lebih baik daripada saya yang bukan gamer. Gara-gara kepintarannya itulah, dia merasa bebas nge-game karena terbukti dia bisa mempertahankan peringkat pertama di kelasnya setiap semester. Beda banget sama saya yang berjuang keras belajar sampai libur TV dan main setiap kali ujian. Di sini kadang saya merasa tidak adil. Hahaha.

  • Anak terakhir, Vina, walaupun namanya feminim tapi sebenarnya ia seorang laki-laki. Dengan nama itu ia tumbuh menjadi pemuda tampan, metroseksual dan pintar berdandan.


Ini jelas sperti adek terakhir aku, Ubaid yang juga cantik bahkan melebihi kakak-kakaknya yang perempuan. Di antara kami berenam, cuma dia yang dikaruniai sepasang lesung pipit yang dalam dan rambut lurus halus bukan main. Karena itu juga, dia sering kita jahili. Pas kecil kita dandanin kayak anak cewek. Diberi bando, jepit, kalung, sampai dipakaikan kerudung. Orang yang pertama melihatnya pasti salah mengira ia anak perempuan. Tentu saja kami ambil foto-fotonya untuk senang-senang.

Ketika Bapak tak sengaja melihat foto yang kami ambil, Bapak muntab. Gak terima melihat jagoan kecilnya dilecehkan kelelakiannya.

"Astaghfirullah al Azhiim... Dipakaikan kerudung begitu? Itu untuk anak perempuan. Gak boleh, tahu..!!"

Sejak saat itu kami takut ngerjai Ubaid lagi.

***

Kembali ke filmnya, saya suka banget sama aktingnya Andhika Pratama yang meranin Bagus. Berasa melihat diri sendiri kali ya? Sosok kakak yang berusaha keras banget untuk bertanggung jawab buat melindungi keluarganya.

Konflik bermula dari tewasnya kedua orang tua mereka karena kecelakaan, dalam perjalanan mereka menjemput pulang Alim bebas dari penjara.

Tiba-tiba jadi sedih.... bagaimana kalau itu terjadi pada Bapak Umi. Atau salah satu dari keduanya. Apa saya bisa terlihat tegar seperti Bagus yang bilang begini,

"Gak usah sedih... Kan kita udah gede semuanya, gak bakal ada yang berubah, dan gak ada yang perlu dikhawatirin.. Gue kakak tertua, gue akan tanggung jawab buat kalian semuanya.... Pokoknya semua akan kembali normal. Gue jamin..."

Buat saya, itu perkataan serem bangett !! Saya aja gak tahu sanggup ngomong kayak gitu apa enggak di situasi kayak gitu. Jangankan berkata setegar itu, menahan diri untuk tidak menangis saja belum tentu bisa.

Tanpa sadar saya menghitung-hitung tahun. Ketika saya lulus kuliah nanti, dek Ubaid masih kelas 6 SD, dan dek Hafiz baru masuk pondok.
Tapi kan aku rencana gak pulang,, mau setahun di sini dulu.. yang berarti saya baru akan bertemu mereka ketika dek Ubaid baru masuk pondok, dan dek Hafiz kelas 2 Mts.

Btw mereka berdua bakal dipondoki di mana ya? Hmmm..... kemungkinan beda dari kakak-kakak ceweknya besar nihh..


Hasyah,, jadi ngelantur. Hahaha. Pokoknya, film ILYMB berujung bahagia. Walaupun Alim terlibat dengan kriminal dan berandalan, dia akhirnya terbukti bisa berjasa juga, dengan menyelamatkan saudara-saudaranya dan mempertahankan keutuhan keluarga mereka. Lho, memang apa yang terjadi?
Tonton sendiri aja deh, kalau cuma saya ceritakan pasti gak puas. Hehe.

Sebenarnya ada dua personil saudara saya yang belum saya sebutkan. Dek Kholis dan Dek Difah. Tapi berhubung tulisan ini terikat dengan review film, jadi kapan-kapan saja deh bicarain mereka berdua. Bukan karena mereka kurang spesial. Justru kalau ditambah bahasan tentang mereka, postingan ini bisa jadi terlalu panjang, saking istimewanya mereka.

Sekian.

*edisi kangen adek-adek.

Terbanyak Dilihat Orang

Libur Itu Perlu

Snap Whatsapp: Ketamakan Facebook dan Solusi Gak Penting untuk Komunikasi Masisir

Selamat Jalan, Kyai Uzairon..