Kairo Rasa Jogja

Cairo highway at night.
Sumber foto di sini


Jalan raya Kairo malam hari tak ada bedanya dengan jalan-jalan di Yogyakarta maupun Jakarta. Jalan layang, lampu remang, kendaraan tak berbilang. Bis yang aku naiki kadang ngebut ketika kondisi lengang. Persis mengingatkanku pada perjalananku membelah Kota Yogyakarta malam hari, beberapa bulan yang lalu. Perjalanan yang gak mungkin kulupakan. Kenapa? Karena itu langkah pertamaku ke negeri Kinanah ini...



(Oh ya, di sini aku akan menyingkat Yogyakarta menjadi Jogja, biar lebih mudah. Anak-anak Yogyakarta, plis harap maklum ya..)

Jumat, 12 Juni 2015...

Hanya Ayu dan Mufty yang tahu kalau aku punya rencana mendaftar seleksi mahasiswa baru ke Mesir. Pagi itu aku harus ke UIN Sunan Kalijaga Jogja untuk mengumpulkan berkas pendaftaran sebagai syarat untuk ikut ujian besok pada hari Seninnya. Dan pagi itu aku dengan santainya masih menyelesaikan koreksian ujian akhir semester para santri.
"Kamu gak siap-siap, Tin?"
"Entar aja. Masih jam tujuh ini."
Siapa yang tahu kalau hari itu bakal jadi hari sangat pelik, karena beberapa masalah.

Masalah pertama


Aku tergolek tak berdaya karena sakit perut. Entah kenapa, tengahnya mengoreksi tiba-tiba perutku melilit gak karuan, membuatku tidak bisa bergerak sama sekali hingga dua jam kemudian,

Masalah kedua


Aku tidak punya siapa-siapa untuk mengantar ke Jogja. Semua teman-teman di luar pondok tidak ada yang bisa mengantar, karena masing-masing punya keperluan. Maklum hari Jumat, banyak yang libur. Gak cewek gak cowok, sibuk semua.

Ayu yang sibuk menghubungi mereka sampai kehabisan akal. Dia bertanya padaku dengan gemas,
"Tin, kamu gak punya temen cowok yang deket ya? Yang bisa langsung mbantuin kamu, gitu kalo kamu butuh apa-apa..."
"Enggak, Yun.." aku meringis.

Tanpa kusangka, berita bahwa aku hendak ke Jogja untuk mendaftar ke Mesir menyebar luas di kalangan teman-teman Vextravity (nama angkatanku di pondok putra-putri). Gara-garanya Ayu curhat ke Helmi (namanya memang Helmi dan dia cewek, lucu ya?). Helmi yang gak bisa membantu tapi panik dengan keadaanku langsung geger koar-koar mencari bantuan. Membuat teman-teman yang lain turut simpati dan membantu walaupun cuma lewat doa. Aku sungguh terharu melihat kepedulian mereka.

Akhirnya ada Nisa yang menyanggupi untuk mengantar aku ke Jogja. Dengan syarat, aku harus ke rumahnya terlebih dahulu di Klaten. Karena dia sedang gak bisa ke pondok.

Masalah ketiga.

Karena buta medan, aku sampai di Klaten rumahnya Nisa pada waktu Ashar. Padahal kantor-kantor di kampus biasanya tutup sekitar jam 4 sore. Sedangkan perjalanan Klaten-Jogja itu gak pernah kurang dari satu jam kalau pakai motor matic. Namun ibunya Nisa menyuruh kami makan dan istirahat dulu sebentar. Dalam unggah-ungguh di budaya Jawa, tawaran itu gak baik untuk ditolak. Sepanjang isoma itu aku ketar-ketir membayangkan kampus yang sudah tutup, dan berkasku tertolak.

Aku dan Nisa baru benar-benar berangkat ke Jogja setengah jam kemudian. Selama perjalanan aku merapal doa dalam-dalam. Sambil berusaha mengikhlaskan, kalau-kalau kampus UIN benar-benar sudah tutup ketika aku sampai:

Ya Allah, kalau memang ke Mesir itu baik untukku, permudahlah langkahnya.. bahkan walaupun kampusnya sudah tutup, kalau Engkau meridhoi aku ke sana, Engkau lah yang akan mengatur bagaimana berkasku ini bisa sampai...


Masalah keempat


Karena jalanan kota Yogyakarta yang macet, kami baru sampai kampus UIN jam setengah enam sore. Suasana sudah mulai gelap. Dengan penuh percaya diri, aku bertanya di mana kantor sekretariat kepada pak satpam. Pak satpam memandangku curiga.
"Ada perlu apa Mbak kesana?"
"Bukan, Pak. Saya mau ngumpulkan berkas untuk seleksi mahasiswa Timur-tengah, katanya hari ini terakhir. Kira-kira kantornya masih buka gak ya, Pak?" Jawabku cepat, supaya pak satpam itu tidak bertanya lagi. Dan responnya sudah bisa kutebak.
"Waduh, jam segini biasanya kantor udah tutup, Mbak.. kenapa gak dari tadi Mbak kesini nya?"
Aku tetap tidak mau menyerah, dan meminta pak Satpam menunjukkan arah. Aku dan Nisa segera kesana, karena waktu Maghrib tinggal beberapa menit lagi.

Masalah kelima


Kami menemukan kantor sekretariat yang kami tuju masih terbuka, kami pun masuk. Kantor itu luas, gelap, dan sepi, tanda sudah tak lagi beroperasi. Namun ada sebuah ruangan yang lampunya masih menyala. Aku segera bertanya kepada bapak-bapak di situ. Ternyata ruangan yang aku tuju ada di lantai tiga.

Aku berpapasan dengan seorang wanita paruh baya di tangga. Setelah ia mengetahui alasan kedatanganku, ternyata beliau lah yang mengurusi berkas-berkas seleksi itu. Ia mengajakku ke ruangannya dan mengurus keperluanku. Tentu saja dengan berbagai umpatan kekesalan dalam Bahasa Jawa, memaki-maki mengapa aku datang terlambat, yang akhirnya juga menyebabkan dia pulang terlambat. Aku cuma bisa nyengir dan menerima omelan tersebut tanpa bisa melawan.

Masalah berkas selesai. Aku keluar dengan perasaan lega dan bersyukur dalam-dalam. Kalau bukan Allah yang menahan petugas-petugas itu di kantornya, mana mungkin aku bisa bertemu mereka.
Saking bahagianya, aku dan Nisa sampai selfie beberapa kali di depan kantor tersebut. Pakai tongsis segala, hhahaha... Padahal hari sudah gelap, karena adzan Magrib sudah berkumandang dari tadi.

---
Dan inilah malam yang kumaksud. Malam di mana aku dan Nisa kembali ke Klaten waktu itu. Kami berdua berboncengan membelah jalan Jogja-Klaten yang sepi. Aku bersyukur Allah menunjukkan teman yang baik untukku, sehingga aku tidak perlu berboncengan dengan anak laki-laki.

Aku tidak bisa mengendarai sepeda motor. Jadi hari itu Nisa lah yang rela dan susah payah memboncengku bolak-balik Klaten-Jogja. Juga memberiku tumpangan menginap, makan, dan mengantarku ke Solo pada pagi harinya. Semoga Allah membalas seluruh kebaikannya, dan mempermudah studinya di Kalimantan sana.

Terima kasih sebesar-besarnya juga kepada Ayu yang sudah mengontak teman-teman Vextravity dengan hapenya, Helmi yang sudah koar-koar mencarikanku bantuan di BBM, dan seluruh teman-teman yang sudah peduli dengan doa. Hanya Allah yang bisa membalas kebaikan kalian. Jazaakumullaah khairan katsiiran...


....
Kairo, Maret 2016
#Salam rindu dari Kairo untuk Vextravity

Wish you all the best :*

Terbanyak Dilihat Orang

Libur Itu Perlu

Snap Whatsapp: Ketamakan Facebook dan Solusi Gak Penting untuk Komunikasi Masisir

Selamat Jalan, Kyai Uzairon..