Fans Berat Cahaya Rasul-Mayada


Saya bukan penikmat musik yang baik, juga bukan orang yang paham unsur-unsur penyusun musik. Saya hanya orang awam yang suka lagu dan musik yang membuat tenang dan merasa dalem ketika mendengarnya. Tau maksud saya? Aduh gimana jelasinnya ya, namanya juga awam T.T

Sejak kecil saya sudah kenal dengan shalawatan berbagai versi, mulai dari versi aslinya yang pake rebana dan hadrah, versi orkes yang alat musiknya keyboard doang, sampai gambus yang asik buat goyang. Malah saya akrab dengan mereka jauh lebih dulu sebelum mengenal lagu anak-anak Topi Saya Bundar atau Abang Tukang Bakso.
Gara-garanya, paman yang sering mengasuh saya memang berprofesi sebagai vokalis grup shalawatan di desa, jadi terpengaruh deh. Ujung-ujungnya, saya jadi terbiasa mendengar dan membaca lafal Arab, ahiiw~

Dari sekian banyak grup shalawat yang saya ikuti, saya paling suka sama Cahaya Rasul (sampai saat ini). Terutama aransemen khasnya yang easy listening dengan campuran pop-tradisional ala gamelan gitu. Kan Indonesia banget, gak perlu ke arab-arab an untuk suka shalawat. Saking kentalnya nuansa 'gamelan' di lagu-lagunya, seorang teman sampai pernah mengira saya suka dengar karawitan*. Bedanya karawitan yang ini full pake bahasa Arab, hoho.

Yang kerennya, vokalnya Kak Mayada hampir gak pernah berubah dari album pertama sampe yang terakhir -album ke sembilan- ini. Pokoknya karakter Cahaya Rasul-Kak Mayada itu lekat banget, istiqomah banget. Jadilah saya fans Mayada dari (saya dan dia) kecil sampai sekarang (saya kuliah dan dia ibu-ibu).

Soal koleksi, jangan tanya. Lagu-lagu beliau memenuhi rumah -dalam bentuk kaset pita- sampai gawai saya -dalam bentuk MP3-. Anehnya saya gak pernah bosan putar ulang-ulang sampai saat ini. Selain adem, juga ampuh banget bikin kangen rumah -nostalgia gitu.

Ayo doooong, Cahaya Rasul rilis album lagi.. Kak Mayada nyanyi lagi.. Pliiis.. Pliisss...(>ะด<)

Sebenarnya lagu-lagu dengan lirik sholawat dan pujian kepada Rasul dan aransemen tradisional lebih dulu dipopulerkan oleh grup Cinta Rasul dengan vokalisnya waktu itu Haddad Alwi dan Sulis. Gak lama kemudian muncullah Cahaya Rasul menggandeng Mayada dan genre lagu dan aransemen yang serupa. 

Jadilah mereka seperti saudara kembar, ada Cinta Rasul dengan Sulis dan Cahaya Rasul dengan Mayada. Dari segi penataan musik dan kemasan, mereka hampir sama. Yang membedakan mereka cuma karater vokalis perempuan masing-masing. Sulis cenderung melengking tinggi dan cengkok yang ketara, sedangkan Mayada bertimbre lebih berat dan halus tanpa vibrasi yang berarti.

Kalau ditanya lebih suka yang mana? Saya jawab dua-duanya.

Sayangnya sejak ditinggal Sulis, Cinta Rasul berubah haluan jadi pop gitu. Katanya sih ngikutin perubahan zaman, soalnya anak-anak sekarang gak banyak yang tertarik sama aransemen tradisional. Apalagi lirik shalawatan kan rata-rata berbahasa Arab, mungkin terkesan kuno bin ndeso bagi mereka. Iya sih.. Debut Muhammadku jadi lebih ceria dan diterima anak-anak zaman sekarang. Tapi tetep saja saya gak sreg. Jadi aneh, apa bedanya dengan lagu-lagu religi yang rilisnya cuma bulan Ramadhan? Penyanyi-penyanyi perempuan habis pakai jilbab buat lagu religi eeh habis lebaran dilepas lagi, pamer aurat lagi.

Nah tho, jadi kangen rumah kan... 
Intinya mah, saya curhat panjang-panjang di sini cuman nyampah haha. Sambil pamer kalau saya gak update sama perkembangan lagu zaman sekarang. Eh, kayak gitu pamer ya? Wkwk.

Most played di saya? Nabiyyuna-Cahaya Rasul 5.


Kairo, 22 April 2017
Hari bumi. Kangen bumi**.


NB:
* Seni gamelam dan seni suara khas suku Jawa. Cirinya: bertangga nada slendro dan pelog, dan lirik bahasa Jawa.
** (B. Sunda) rumah

Terbanyak Dilihat Orang

Libur Itu Perlu

Snap Whatsapp: Ketamakan Facebook dan Solusi Gak Penting untuk Komunikasi Masisir

Selamat Jalan, Kyai Uzairon..