Tentang Rahasia dan Menggalau di Dunia Maya




Inget gak zaman sekolah dasar dulu? Pasti ada aja kan teman yang suka banget intip-intip diari, binder, atau buku harian pribadi temannya yang lain. Makin dirahasiakan, makin penasaran dia. Walaupun akhirnya ada yang nurut gak ngelanjutin buka, dan ada juga yang tetep kekeuh diam-diam buka. Biasanya targetnya tuh anak-anak yang dikenal pendiam di kelas, sebab dia gak banyak cerita tentang pribadinya, dan seringnya rahasia mereka justru yang paling seru. 

Saya dulu kecil juga suka ingin tahu rahasia orang lain. Yang paling mudah saat itu tentu saja adik saya sendiri, Idah. Kami hampir sebaya, hanya terpaut satu setengah tahun. Dan kami saling mengetahui rahasia masing-masing dengan cara saling curhat di kamar mandi atau membaca diari masing-masing (tentunya secara diam-diam).

Lama kelamaan, rahasia kami menjadi semacam amunisi yang ampuh mematikan.
Terutama sekali berguna ketika kami lagi marahan dan adu mulut, rahasia tersebut bisa dipakai untuk mengolok dan mengumpat sambil menyemburkan rahasia paling memalukan. Maka kelanjutannya jadi seperti ini: sekali Idah tahu rahasiaku yang baru, saya langsung 'balas dendam' cari rahasia dia yang terbaru, begitupun sebaliknya. Terus begitu, saling mengisi amunisi. Kalau amunisi kami habis, jalan terakhir adalah gelut fisik. Lucunya, sudah tak terhitung kami berjanji tidak akan membaca diari masing-masing, tapi tak lama kemudian pasti dilanggar dan kami akan berantem lagi. Aih, masa kecil....

Ternyata kecenderungan ingin tahu rahasia memang merupakan salah satu dari sekian belas insting bawaan manusia, disebut insting senang mengorek. Reaksinya: kagum. Orang yang insting mengoreknya besar sering dijuluki sebagai "orang yang ingin tahu". Ia suka mencari rahasia dibalik hakikat sesuatu dan ingin tahu rahasia orang lain. Karena mereka ingi tahu apakah rahasia tersebut berkaitan dengannya atau tidak. Inilah sebabnya kenapa banyak judul artikel, buku maupun seminar semacam "menguak rahasia orang-orang sukses", "rahasia tempe mendoan renyah" atau "rahasia ampuh dekati gebetan" bla bla bla. Karena yang namanya rahasia memang selalu membuat penasaran, dan terbukti 'menjual'.

Semakin dewasa, kami diajarkan bahwa tiap manusia punya ruang pribadi yang tak boleh dimasuki orang lain, namanya privasi. Salah satunya, privasi dalam bentuk rahasia pribadi. Jadi, meskipun kami sangat ingin tahu, tapi harus menahan diri dari mencari tahu, karena itu tidak sopan. Bahkan walaupun hanya semata-mata ingin tahu, dan gak sejahat -berniat disebarkan ke orang-orang, tetap saja tidak boleh. Kalaupun terpaksa harus tahu, minimal harus izin dulu.

Mungkin inilah jawaban kenapa orang suka baca blog pribadi, salah satunya karena kita suka untuk ngikutin cerita (curhatan) orang. Ditambah blog itu sifatnya terbuka -artinya kita bebas baca tanpa perlu minta izin, jadi lebih mudah ngikutinnya. Apalagi kalau orangnya kita kenal. Apalagi kalau ceritanya menarik. Apalagi kalau cara berceritanya enak. Apalagi kalau ngapdetnya rutin. Saya yakin bakal banyak pengikutnya- dengan catatan teman-temannya banyak yang tahu blognya. Bisa dibilang, baca blog personal orang itu memuaskan rasa ingin tahu kita tentang cerita pribadi pemilik blog.

Saya sendiri walaupun masih ecek-ecek, sudah ada beberapa teman yang rela membaca blog saya. Ya walaupun harus diajak dulu sih, nunggu dikabarin kalau ada postingan baru. Tapi ya cuma itu. Soal cara cerita yang seru, ya cerita saya mah biasa biasa aja -bahkan walaupun saya di luar negeri. Masalah gaya bercerita yang enak, enggak juga. Masih banyak yang berakhir wagu dan ga jelas. Soal kerutinan, nah ini... saya minta ampun deh. Belum bisa rutin sama sekali. Rencana apdet tiap Sabtu pun hanya jadi sebatas wacana.

Kesukaan terhadap rahasia juga yang bikin betah stalking orang yang dikagumi. Entah artis, orang terkenal, gebetan, atau bisa juga teman biasa. Dan gak cuma blog, bisa Facebook, Instagram, Twitter, maupun media sosial lainnya. Hanya saja, web personal biasanya menyajikan cerita lebih banyak. Asalkan isinya emang bener-bener cerita yang berkaitan dengan personal dia, bukan kumpulan tips ataupun berita.

Kenapa saya mulai postingan ini dengan ngomongin tentang rahasia? Karena saya lagi punya rahasia: saya lagi patah hati. Serius, saya hampir sebulanan ini bener-bener lagi down dan banyak mengurung diri di rumah. Dan ternyata, saya belum mampu membagi cerita pribadi saya yang satu ini. Belum sanggup kayak Mang Maul yang bisa bercerita tentang patah hati sebegitu santai di blognya.

Biasanya orang kalau lagi galau malah banyak karya?

Tapi saya mah enggak. Enggak mau lebih tepatnya. Pengennya sih biar berlalu begitu saja, dan lupa kalau masalah tersebut pernah ada. Lagipula, saya juga gak ingin siapapun tahu, lantas kemudian jadi bersimpati kasihan gitu sama saya.
Di sisi lain, pengen banget juga sebenernya cerita di blog, biar semua orang tahu kalau saya lagi gak bener-bener waras. Supaya semua orang maklum dengan kelalaian saya di beberapa kewajiban. Tapi ya itu tadi, saya gak berani dan gak siap untuk cerita. Ya sudah, biarin ajalah jadi rahasia.

Toh pada akhirnya beberapa orang menyadari ada yang tidak beres dengan diri saya karena banyak amanah di berbagai tempat beberapa hari terakhir ini tidak tertangani. Habis, bagaimana atuh ya.. Saya memang belum profesional. Apalagi saya perempuan, yang kata orang porsi perasaannya lebih banyak daripada logika. Aduh kemana-mana, skip aja deh. Pokoknya begitu.

Yang penting, saya sekarang jadi paham, kalau tiap orang pasti akan menemui fase gelap dalam hidupnya, dan harus dilewati dengan hidup-hidup bagaimanapun caranya. Jangan sampai terulang deh kejadian kayak Om Indra yang bunuh diri terus direkam live di Facebook (untung sudah dihapus sama pihak Facebook). Pada saat yang seperti ini justru memendam rahasia jadi hal yang membahayakan. Maka, jangan nyinyir apalagi menghujat orang yang suka mengumbar status galau. Bisa jadi, mereka punya rahasia yang tidak selalu mudah untuk dibagi, dan dunia maya adalah satu-satunya tempat yang bisa membuat mereka merasa memiliki tempat untuk membagi cuilan-cuilan bebannya.  

Jadi, saya nulis gak jelas begini ujung-ujungnya cuma untuk mengingatkan diri sendiri bahwa saya tidak sendiri. Dan mengingatkan orang lain untuk lebih peka dan peduli. Tapi tidak harus dengan menjebol privasi atau mengorek rahasia juga sih. Serba salah memang. Sebab, asal-asalan meminta mereka menceritakan rahasia bukan solusi yang jitu. Karena jika cerita ke orang yang salah, justru akan timbul masalah baru.

Media sosial populer seperti Facebook dan Twitter seharusnya bisa jadi lampu peringatan bagi mereka-mereka yang jiwanya kesepian. Teman media sosial jangan hanya kampanye selfie, traveling mahal, ke tempat kekinian, melainkan juga harus sedikit peduli dengan beranda-beranda yang penuh dengan curhatan, rasa tidak percaya diri, panik, dan ketakutan. Teman dunia maya bisa menyelamatkan dengan mengajaknya berdialog, berdiskusi, menasihati, bahkan melaporkan jika memang statusnya mengarah pada hal-hal negatif yang membahayakan dirinya.

Paling tidak, kalau ada teman yang kelihatannya lagi galau itu mbok ya dimaklumi dan didekati supaya dia bisa nyaman membagi masalahnya. Kemudian diberi dukungan dan diyakinkan, kalau dunia nyata sebetulnya masih bisa bersahabat.

Saya sendiri? Alhamdulillah sudah punya kawan tempat berbagi. Jadi, jangan khawatir. Doakan saja supaya saya bisa segera sembuh dan move on.😉

.
Kairo, 20 Maret 2017
-padahal abis rihlah, tapi suasana hati masih belum berubah, duh-

Terbanyak Dilihat Orang

Libur Itu Perlu

Snap Whatsapp: Ketamakan Facebook dan Solusi Gak Penting untuk Komunikasi Masisir

Selamat Jalan, Kyai Uzairon..