Mesir: Kiblat Ilmu yang Istimewa


Kalian memutuskan belajar ke Mesir? Yakin?

Mesir memang bukan seperti Madinah, yang terkenal akan beasiswa penuh dan uang saku yang tebal. Serta uang untuk pulang ke Indonesia. Pokoknya, terkenal makmur dah, kalau berhasil tembus beasiswa Madinah.

Bukan pula seperti Turki dengan yayasan Sulaimaniyahnya, yang juga full beasiswa. Asramanya saja mewah, dan makanannya sangat terjaga.

Jangan dibandingkan juga dengan Maroko atau Sudan. Yang walau seleksinya selalu beMrsamaan dengan Mesir, kedua Negara tersebut menyediakan minhah (beasiswa) full bahkan hingga tiket transportasi. Juga terkenal pula dengan seleksinya yang super ketat sehingga menaikkan gengsinya.

Sedangkan Mesir, kuota penerimaan yang sangat besar—mencapai enam ratusan tiap tahunnya- membuat gengsinya tidak setinggi Maroko maupun Sudan. Biaya keberangkatan yang masih harus ditanggung sendiri, serta biaya hidup paling tidak setahun pertama, menjadikan Mesir sebagai Negara tujuan yang tidak menonjol di kalangan para pemburu beasiswa. Ditambah sistem penerimaan beasiswa penuh yang selalu berubah-ubah tiap tahun.

Begitulah Mesir. Keistimewaannya tersembunyi dalam bilik-bilik menara masjid dan perpustakaannya.

Jangan ke Mesir kalau prioritasmu adalah beasiswa yang menjamin kehidupanmu.

Jangan ke Mesir kalau prioritasmu adalah fasilitas belajar yang serba wah

Jangan ke Mesir kalau prioritasmu adalah gengsi di mata tetangga maupun calon mertua.

Sungguh, Mesir hanya untuk mereka yang merindukan nikmatnya ilmu.

Di sana, engkau kan menemukan Bahasa Arab yang kemurniannya terjaga. Bahkan bahasa amiyahnya diklaim paling mendekati murni dibandingkan negeri Arab lainnya, bahkan Saudi sekalipun.

Di sana, ada ulama-ulama qiraat yang kapabilitasnya diakui paling rajih.
Ada ribuan ulama fiqh, hadits, lughah, hingga penyair terkenal yang berasal, atau minimal pernah singgah di sana.
Siapa yang tidak kenal Imam Syafi’i?
Shalahuddin al-Ayyubi?
Imam as- Syu’ara Ahmad Syauqi?
Syibawaih?

Di negeri Kinanah itu pula, terdapat jasad-jasad mereka berdiam di bawah buminya: Sang Pembebas Mesir dari cengkeraman Romawi: Amr bin Ash.
Kemudian sahabat Rasul Uqbah bin Amr. Imam Laits. Ibnu Hajar al-Asqalani.
Hingga para sufi ternama: Rabiah al-Adawiyah. Nu’man. Hasan al-Bashri. Dzun Nun al-Mishry

Di negeri para anbiya’ itu, engkau dapati pustaka pengetahuan dan wawasan keislaman yang tak terbatas. Dari paham paling kiri hingga paling kanan, semuanya ada. Kau tahu? Tidak semua universitas Islam di dunia ini yang memiliki pustaka selengkap dan sebebas Mesir. Karena tidak sedikit yang membatasi bacaan mahasiswanya, agar tidak terpengaruh oleh paham yang tidak sesuai dengan ajaran universitas tersebut.
Padahal terkadang kita butuh untuk tahu pemikiran-pemikiran yang dianggap keliru itu. Agar dapat memposisikan diri dan mengahadapi mereka dengan cara yang seimbang.

Di Mesir, ratusan majelis ilmu digelar setiap harinya, kami menyebutnya Talaqqi. Kalian mustahil mengikuti semuanya, hanya bisa memilih prioritas. Saya ragu, apakah ada negeri lain yang majelis ilmunya sebanyak mesir. Atau jangan-jangan, pembelajaran mereka hanya terbatas pada lingkup kampus saja?

Dengan jumlah mahasiswa yang sangat banyak, kami berinteraksi intens melalui organisasi dan ikatan kekeluargaan antar daerah. Juga puluhan seminar dan pelatihan yang kami adakan sendiri, yang mana kami dapat mempelajari apa yang seringkali tidak diajarkan di kampus. Selain mengembangkan soft skill, kamu juga bisa menjalin relasi seluas-luasnya, yang tentu akan sangat berguna nanti ketika sudah kembali ke tanah air.

Memang tidak semua mahasiswa Mesir tertampung dalam asrama. Banyak dari kami yang tinggal dalam rumah-rumah kontrakan berbentuk flat. Membuat kami mandiri, karena mengurus sendiri keuangan, belanja makanan, listrik, hingga air. Juga interaksi dengan tuan rumah dan tetangga.

Mesir memang tidak terlalu menjanjikan soal beasiswa atau prestise.

Tapi hanya Mesir lah, negeri yang Allah sebut dalam Al-quran, Allah janjikan berkah bagi mereka yang mau berjuang.

Pikirkan lagi keputusan kalian belajar ke Mesir, sebelum kalian menyesal.

Malam hari di tepi sungai Nil

Terbanyak Dilihat Orang

Libur Itu Perlu

Snap Whatsapp: Ketamakan Facebook dan Solusi Gak Penting untuk Komunikasi Masisir

Selamat Jalan, Kyai Uzairon..